JAKARTA, BERITA LANSIR - Indonesia, Thailand, dan Malaysia berkomitmen menjaga pasokan agar seimbang dengan permintaan dunia terhadap karet alam. Hal ini disampaikan oleh Dirjen Kerja Sama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan, Bachrul Chairi dalam rangkaian pertemuan tingkat menteri terkait karet, International Tripartite Rubber Council (ITRC) 2015 di Jakarta.
"Seiring dengan rendahnya harga, produksi di ketiga negara mengalami penurunan. Sebagai sesama negara produsen karet alam yang menguasai 67% pangsa produksi global, Indonesia, Thailand, dan Malaysia berkomitmen menjaga pasokan dan permintaan karet tetap berimbang," ungkap Bachrul dalam keterangan resminya, Selasa (2/12).
Dengan turunnya produksi, tambah Bachrul, pasokan karet alam akan berkurang. Produksi Indonesia yang tahun ini sekitar 3,1 juta ton juga akan mempengaruhi stok karet alam global. Hal ini, kata Bachrul, diharapkan dapat memperkuat harga.
Pertemuan tingkat menteri sendiri akan digelar pada 3 Desember 2015 di Jakarta. Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Thomas Lembong, akan memimpin pertemuan yang dihadiri oleh Menteri Pertanian dan Koperasi Thailand, Jenderal Chatchai Sarikulya, serta Menteri Perusahaan Perladangan dan Komoditi Malaysia, Datuk Amar Douglas Uggah Embas.
Pertemuan ini akan menyoroti rendahnya harga karet alam serta membahas langkah-langkah kerja sama antarnegara produsen dalam mengatasi hal tersebut. “Negara produsen berupaya mencari solusi agar harga karet tetap berada di tingkat yang dapat memberi manfaat bagi petani yang menggantungkan hidup di sektor ini,” jelas Bachrul.
Pertemuan akan menyusun rencana aksi kegiatan yang menjadi prioritas oleh tiga negara, salah satunya adalah kerja sama di bidang penelitian dan pengembangan untuk diversifikasi produk-produk berbasis karet alam.
"Terobosan-terobosan inovatif terus dilakukan agar dapat memenuhi target peningkatan konsumsi domestik sebesar 10% per tahun. Kalau selama ini karet alam digunakan sebagai bahan dasar ban kendaraan, nantinya akan semakin banyak produk berbasis karet alam seperti dock fender, campuran aspal, komponen pembuatan pintu air sampai ban pesawat terbang,” jelas Bachrul.
Selain itu, tahun depan ITRC akan merealisasikan pasar karet regional. “Persiapan peluncuran pasar karet regional memasuki tahap akhir. Tahun depan, pematangan pasar fisik akan dimulai di masing-masing negara. Dengan adanya pasar karet regional ini, penentuan harga akan lebih transparan dan harga yang terbentuk mencerminkan situasi dan kondisi pasar karet itu sendiri,” ungkap Bachrul.
Viet Nam bergabung
Bachrul juga mengatakan bahwa Indonesia, Thailand, dan Malaysia menyambut baik keinginan Viet Nam untuk bergabung dalam kerja sama negara produsen karet alam. Dengan ikut sertanya Viet Nam menjadi anggota negara penghasil karet alam, pangsa produksi keempat negara jika digabung akan menjadi 76%.
“Tentunya ini suatu langkah yang bagus supaya posisi negara produsen semakin kuat. Nantinya akan dibahas proses masuknya Viet Nam secara resmi menjadi anggota,” pungkas Bachrul.
|Kementerian Perdagangan|
Petani karet.(Sumber foto: inhukab) |
Dengan turunnya produksi, tambah Bachrul, pasokan karet alam akan berkurang. Produksi Indonesia yang tahun ini sekitar 3,1 juta ton juga akan mempengaruhi stok karet alam global. Hal ini, kata Bachrul, diharapkan dapat memperkuat harga.
Pertemuan tingkat menteri sendiri akan digelar pada 3 Desember 2015 di Jakarta. Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Thomas Lembong, akan memimpin pertemuan yang dihadiri oleh Menteri Pertanian dan Koperasi Thailand, Jenderal Chatchai Sarikulya, serta Menteri Perusahaan Perladangan dan Komoditi Malaysia, Datuk Amar Douglas Uggah Embas.
Pertemuan ini akan menyoroti rendahnya harga karet alam serta membahas langkah-langkah kerja sama antarnegara produsen dalam mengatasi hal tersebut. “Negara produsen berupaya mencari solusi agar harga karet tetap berada di tingkat yang dapat memberi manfaat bagi petani yang menggantungkan hidup di sektor ini,” jelas Bachrul.
Pertemuan akan menyusun rencana aksi kegiatan yang menjadi prioritas oleh tiga negara, salah satunya adalah kerja sama di bidang penelitian dan pengembangan untuk diversifikasi produk-produk berbasis karet alam.
"Terobosan-terobosan inovatif terus dilakukan agar dapat memenuhi target peningkatan konsumsi domestik sebesar 10% per tahun. Kalau selama ini karet alam digunakan sebagai bahan dasar ban kendaraan, nantinya akan semakin banyak produk berbasis karet alam seperti dock fender, campuran aspal, komponen pembuatan pintu air sampai ban pesawat terbang,” jelas Bachrul.
Selain itu, tahun depan ITRC akan merealisasikan pasar karet regional. “Persiapan peluncuran pasar karet regional memasuki tahap akhir. Tahun depan, pematangan pasar fisik akan dimulai di masing-masing negara. Dengan adanya pasar karet regional ini, penentuan harga akan lebih transparan dan harga yang terbentuk mencerminkan situasi dan kondisi pasar karet itu sendiri,” ungkap Bachrul.
Viet Nam bergabung
Bachrul juga mengatakan bahwa Indonesia, Thailand, dan Malaysia menyambut baik keinginan Viet Nam untuk bergabung dalam kerja sama negara produsen karet alam. Dengan ikut sertanya Viet Nam menjadi anggota negara penghasil karet alam, pangsa produksi keempat negara jika digabung akan menjadi 76%.
“Tentunya ini suatu langkah yang bagus supaya posisi negara produsen semakin kuat. Nantinya akan dibahas proses masuknya Viet Nam secara resmi menjadi anggota,” pungkas Bachrul.
|Kementerian Perdagangan|
No comments